Disusun
oleh:
Ricki
Magfira Rayanto (14.16.1.0012)
Jurusan
: T. Mesin
Semester
: III (tiga)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MAJALENGKA
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………………………………………………………………..
i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………………….
ii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………………………………………………………………
iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………………………………………………………….
iv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………………………………………………………………………
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang…………………………………………………………………………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan
Percobaan……………………………………………………………………………………………………………………….. 3
1.3 Batasan Masalah………………………………………………………………………………………………………………………….
3
1.4 Sistematka
Penulisan…………………………………………………………………………………………………………………… 3
BAB II TUJUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Pengujian
Logam……………………………………………………………………………………………………………….. 4
2.2 Kekuatan Tarik…………………………………………………………………………………………………………………………….
9
2.3 Kekuatan
Luluh…………………………………………………………………………………………………………………………… 11
2.4 Pengukuran
Ketelitian………………………………………………………………………………………………………………….. 12
2.5 Modulus Elastisitas……………………………………………………………………………………………………………………….
13
2.6
Kelentingan…………………………………………………………………………………………………………………………………. 14
2.7
Ketangguhan……………………………………………………………………………………………………………………………….. 15
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir
Percobaan……………………………………………………………………………………………………………….. 16
3.2 Alat dan
Bahan……………………………………………………………………………………………………………………………. 17
3.3 Prosedur
Percobaan…………………………………………………………………………………………………………………….. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil
Percobaan…………………………………………………………………………………………………………………. 18
4.2 Pembahasan………………………………………………………………………………………………………………………………..
19
4.2.1 Uji Tarik Kawat
Logam…………………………………………………………………………………………………………….. 19
4.2.1 Uji Tarik Pelat
Logam……………………………………………………………………………………………………………… 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………………
22
5.2
Saran………………………………………………………………………………………………………………………………………….. 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
__________________________________________________________________________________________
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
- Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu………………………………………………………………………. 14
- Data hasil percobaan uji tarik……………………………………………………………………………………………….. 18
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
- Mesin uji tarik dilengkapi sepesimen ukuran standar……………………………………………………………. 4
- Dimensi dan ukuran sepesimen untuk uji tarik……………………………………………………………………… 6
- Contoh kurva uji tarik……………………………………………………………………………………………………….. 6
- Diagram alir percobaan pengujian uji tarik…………………………………………………………………………… 16
- Grafiik hasil uji tarik pada bahan kawat……………………………………………………………………………….. 19
- Prinsip dasar uji tarik………………………………………………………………………………………………………….. 19
- Grafiik hasil uji tarik pada bahan pelat…………………………………………………………………………………. 20
- Kurva hasil uji tarik…………………………………………………………………………………………………………… 27
- Kurva uji tarik untuk material ulet……………………………………………………………………………………….. 30
- Kurva uij tarik untuk material getas……………………………………………………………………………………… 31
- Dimensi dan ukuran spesimen uji tarik…………………………………………………………………………………. 32
- Mesin uji tarik…………………………………………………………………………………………………………………… 34
- Alat-alat ukur……………………………………………………………………………………………………………………. 34
- Benda uji………………………………………………………………………………………………………………………….. 35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Haaman
- Perhitungan……………………………………………………………………………………………………………………… 25
- Jawaban pertanyaan…………………………………………………………………………………………………………… 27
- Gambar alat dan bahan………………………………………………………………………………………………………. 34
- Blangko percobaan…………………………………………………………………………………………………………….. 36
__________________________________________________________________________________________
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan
atas sifat fisik, mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang
penting dari sifat tersebut adalah sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari
keuletan, kekerasan, kekuatan, dan ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah
satu acuan untuk melakukan proses selanjutnya terhadap suatu material,
contohnya untuk dibentuk dan dilakukan proses permesinan. Untuk mengetahui
sifat mekanik pada suatu logam harus dilakukan pengujian terhadap logam
tersebut. Salah satu pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik.
Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan
spesifikasi dan sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh
dalam pembuatan konstruksi sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk
menerima beban diatasnya. Material juga harus elastis agar pada saat terjadi
pembebanan standar atau berlebih tidak patah. Salah satu contoh material yang
sekarang banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum adalah logam.
Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat
mekanik dari logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan
akurat dari sifat mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak
dilakukan pengujian-pengujian terhadap sampel dari material.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar
sifat mekanik dari material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan kekurangannya.
Material yang mempunyai sifat mekanik lebih baik dapat memperbaiki sifat
mekanik dari material dengan sifat yang kurang baik dengan cara alloying.
Hal ini dilakukan sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan.
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut. Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat
mekanis suatu material, khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat
diketahui dari hasil pengujian tarik adalah sebagai berikut:
- Kekuatan tarik
- Kuat luluh dari material
- Keuletan dari material
- Modulus elastic dari material
- Kelentingan dari suatu material
- Ketangguhan.
Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi
rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi
spesifikasi bahan. Karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu
material terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan. Pengujian tarik
ini merupakan salah satu pengujian yang penting untuk dilakukan, karena dengan
pengujian ini dapat memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam.
Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk
mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam proses
perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya.
Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai
mahasiswa metalurgi hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya
kurva tegangan regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh,
keuletan, modulus elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian tarik
ini kita juga harus mengetahui dampak pengujian terhadap sifat mekanis
dan fisik suatu logam. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita
dapat data dasar mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.
1.2 Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kekuatan
bahan logam melalui pemahaman dan pendalaman kurva hasil uji tarik.
1.3 Batasan
Masalah
Batasan masalah dalam percobaan ini yaitu melakukan
pengujian pada sampel yang berbentuk pelat dan kawat sampai sampel tersebut
putus. Dari hasil pengujian yang diperoleh, mencari berapa besar yield
strength, tensile strength dan persentase elongasinya.
1.4 Sistematika
Penulisan
Penulisan laporan ini dibagi menjadi lima bab. Bab I
menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah,
sistematika penulisan. Bab II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi
mengenai teori singkat dari percobaan yang dilakukan, Bab III menjelaskan
mengenai metode penelitian, Bab IV menjelaskan mengenai data percobaan, Bab V
menjelaskan mengenai pembahasan dan Bab VI menjelaskan mengenai kesimpulan dari
percobaan. Selain itu juga di akhir laporan terdapat lampiran yang memuat
contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan tugas serta terdapat juga blangko
percobaan.
__________________________________________________________________________________________
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Pengujian Logam
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu
[Askeland, 1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting
untuk rekayasa teknik dan desain produk karena mengahsilkan data kekuatan
material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material
terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.
Gambar 1. Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran
standar.
Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi
pembebanan pada kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya
diberi beban yang sama besarnya.
Pengujian tarik adalah dasar dari pengujian mekanik yang
dipergunakan pada material. Dimana spesimen uji yang telah distandarisasi,
dilakukan pembebanan uniaxial sehingga spesimen uji mengalami
peregangan dan bertambah panjang hingga akhirnya patah. Pengujian tarik relatif
sederhana, murah dan sangat terstandarisasi dibanding pengujian lain. Hal-hal
yang perlu diperhatikan agar penguijian menghasilkan nilai yang valid adalah;
bentuk dan dimensi spesimen uji, pemilihan grips dan lain-lain.
- Bentuk dan Dimensi Spesimen uji
Spesimen uji harus memenuhi standar dan spesifikasi dari
ASTM E8 atau D638. Bentuk dari spesimen penting karena kita harus menghindari
terjadinya patah atau retak pada daerah grip atau yang lainnya. Jadi
standarisasi dari bentuk spesimen uji dimaksudkan agar retak dan patahan
terjadi di daerah gage length.
- b. Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor
penting. Dengan pemilihan setting yang tidak tepat, spesimen
uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw
break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus
selalu tertutupi di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar
spesimen uji tidak bergesekan langsung dengan face.
Beban yang diberikan pada bahan yang di uji ditransmisikan
pada pegangan bahan yang di uji. Dimensi dan ukuran pada benda uji disesuaikan
dengan estándar baku pengujian.
Gambar 2. Dimensi dan ukuran spesimen untuk uji tarik
Kurva tegangan-regangan teknik dibuat dari hasil
pengujian yang didapatkan.
Gambar 3. Contoh kurva uji tarik
Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur
rata-rata dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara
membagi beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji.
Dituliskan seperti dalam persamaan 2.1 berikut:
s= P/A0
Keterangan ; s :
besarnya tegangan (kg/mm2)
P : beban yang diberikan (kg)
A0 : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Regangan yang digunakan untuk kurva tegangan-regangan teknik
adalah regangan linier rata-rata, yang diperoleh dengan cara membagi
perpanjangan yang dihasilkan setelah pengujian dilakukan dengan panjang awal.
Dituliskan seperti dalam persamaan 2.2 berikut.
Keterangan ; e : Besar regangan
L : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Lo : Panjang awal benda uji (mm)
Bentuk dan besaran pada kurva tegangan-regangan suatu logam
tergantung pada komposisi, perlakuan panas, deformasi plastik, laju regangan,
temperatur dan keadaan tegangan yang menentukan selama pengujian.
Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan
logam adalah kekuatan tarik, kekuatan luluh atau titik luluh, persen
perpanjangan dan pengurangan luas. Dan parameter pertama adalah parameter
kekuatan, sedangkan dua yang terakhir menyatakan keuletan bahan.
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan
berbanding lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan,
daerah remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut
daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan
luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini
bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan bertambahnya
regangan plastik.
Pada tegangan dan regangan yang dihasilkan, dapat diketahui
nilai modulus elastisitas. Persamaannya dituliskan dalam persamaan
Keterangan ; E : Besar modulus
elastisitas (kg/mm2),
e : regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang
dibutuhkan untuk mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan
tegangan teknik (sebanding dengan beban F) yang bertambah terus,
dengan bertambahnya regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan
luas penampang lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban
yang diakibatkan oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya
dicapai pada suatu titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan
dengan keadaan tanpa beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada
daerah tersebut dan benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena
penurunan luas penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi
akibat pengerasan regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah
bentuk benda uji akan berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada
persamaan (1) akan berkurang hingga terjadi patah.
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian
akan didapatkan beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji,
sifat-sifat tersebut antara lain [Dieter, 1993]:
- Kekuatan tarik
- Kuat luluh dari material
- Keuletan dari material
- Modulus elastic dari material
- Kelentingan dari suatu material
- Ketangguhan.
2.2 Kekuatan Tarik
Kekuatan yang biasanya ditentukan dari suatu hasil pengujian
tarik adalah kuat luluh (Yield Strength) dan kuat tarik (Ultimate
Tensile Strength). Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (Ultimate
Tensile Strength / UTS), adalah beban maksimum dibagi luas penampang
lintang awal benda uji.
di mana, Su =
Kuat tarik
Pmaks =
Beban maksimum
A0 =
Luas penampang awal
Untuk logam-logam yang liat kekuatan tariknya harus
dikaitkan dengan beban maksimum dimana logam dapat menahan sesumbu untuk
keadaan yang sangat terbatas.
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan
sebagai hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang
bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang
liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana logam
dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas. Akan
ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam kecil sekali kegunaannya
untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang biasanya ditemui. Untuk berapa
lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan kekuatan struktur pada kekuatan
tarik, dikurangi dengan faktor keamanan yang sesuai.
Kecenderungan yang banyak ditemui adalah menggunakan
pendekatan yang lebih rasional yakni mendasarkan rancangan statis logam yang
liat pada kekuatan luluhnya. Akan tetapi, karena jauh lebih praktis menggunakan
kekuatan tarik untuk menentukan kekuatan bahan, maka metode ini lebih banyak
dikenal, dan merupakan metode identifikasi bahan yang sangat berguna, mirip
dengan kegunaan komposisi kimia untuk mengenali logam atau bahan. Selanjutnya,
karena kekuatan tarik mudah ditentukan dan merupakan sifat yang mudah
dihasilkan kembali (reproducible). Kekuatan tersebut berguna untuk
keperluan spesifikasi dan kontrol kualitas bahan. Korelasi empiris yang
diperluas antara kekuatan tarik dan sifat-sifat bahan misalnya kekerasan dan
kekuatan lelah, sering dipergunakan. Untuk bahan-bahan yang getas, kekuatan tarik
merupakan kriteria yang tepat untuk keperluan perancangan.
Tegangan di mana deformasi plastik atau batas luluh mulai
teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastik yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastik mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti. Telah digunakan berbagai kriteria permulaan batas
luluh yang tergantung pada ketelitian pengukuran regangan dan data-data yang
akan digunakan.
- Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada skala regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.
- Batas proporsional adalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-regangan.
- Batas elastik adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro. Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa (10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional. Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.
2.3 Kekuatan
luluh (yield strength)
Salah satu kekuatan yang biasanya diketahui dari suatu hasil
pengujian tarik adalah kuat luluh (Yield Strength). Kekuatan luluh
( yield strength) merupakan titik yang menunjukan perubahan dari
deformasi elastis ke deformasi plastis [Dieter, 1993]. Besar tegangan luluh
dituliskan seperti pada persamaan 2.4, sebagai berikut.
Keterangan ; Ys : Besarnya tegangan luluh
(kg/mm2)
Py : Besarnya beban di titik yield (kg)
Ao : Luas penampang awal benda uji (mm2)
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai
teramati tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung sedikit
demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mulai terjadi dan sukar
ditentukan secara teliti.
Kekuatan luluh adalah tegangan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan sejumlah kecil deformasi plastis yang ditetapkan. Definisi yang
sering digunakan untuk sifat ini adalah kekuatan luluh ditentukan oleh tegangan
yang berkaitan dengan perpotongan antara kurva tegangan-regangan dengan garis
yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Di Amerika
Serikat offset biasanya ditentukan sebagai regangan 0,2 atau
0,1 persen (e = 0,002 atau 0,001)
Cara yang baik untuk mengamati kekuatan luluh offset adalah
setelah benda uji diberi pembebanan hingga 0,2% kekuatan luluh offset dan
kemudian pada saat beban ditiadakan maka benda ujinya akan bertambah panjang
0,1 sampai dengan 0,2%, lebih panjang daripada saat dalam keadaan diam.
Tegangan offset di Britania Raya sering dinyatakan sebagai
tegangan uji (proff stress), di mana harga ofsetnya 0,1% atau 0,5%.
Kekuatan luluh yang diperoleh dengan metode ofset biasanya
dipergunakan untuk perancangan dan keperluan spesifikasi, karena metode
tersebut terhindar dari kesukaran dalam pengukuran batas elastik atau batas
proporsional.
2.4 Pengukuran Keliatan
(keuletan)
Keuleten adalah kemampuan suatu bahan sewaktu menahan beban
pada saat diberikan penetrasi dan akan kembali ke baentuk semula.Secara umum
pengukuran keuletan dilakukan untuk memenuhi kepentingan tiga buah hal [Dieter,
1993]:
- Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam, misalnya pengerolan dan ekstrusi.
- Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
- Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau kondisi pengolahan
2.5 Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas adalah ukuran kekuatan suatu bahan akan
keelastisitasannya. Makin besar modulus, makin kecil regangan elastik yang
dihasilkan akibat pemberian tegangan.Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya
ikat antar atom, karena gaya-gaya ini tidak dapat dirubah tanpa terjadi
perubahan mendasar pada sifat bahannya. Maka modulus elastisitas salah satu
sifat-sifat mekanik yang tidak dapat diubah. Sifat ini hanya sedikit berubah
oleh adanya penambahan paduan, perlakuan panas, atau pengerjaan dingin.
Secara matematis persamaan modulus elastic dapat
ditulis sebagai berikut.
Dimana, s = tegangan
ε = regangan
Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu
[Askeland, 1985]
2.6 Kelentingan (resilience)
Kelentingan adalah kemampuan suatu bahan untuk menyerap
energi pada waktu berdeformasi secara elastis dan kembali kebentuk awal apabila
bebannya dihilangkan [Dieter, 1993]. Kelentingan biasanya dinyatakan sebagai
modulus kelentingan, yakni energi regangan tiap satuan volume yang
dibutuhkan untuk menekan bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh σo.
Energi regangan tiap satuan volume untuk beban tarik satu sumbu adalah :
Uo = ½ σxеx
Dari definisi diatas, modulus kelentingan adalah :
Persamaan ini menunjukan bahwa bahan ideal untuk menahan
beban energi pada pemakaian di mana bahan tidak mengalami deformasi permanen,
misal pegas mekanik, adalah data bahan yang memiliki tegangan luluh tinggi dan
modulus elastisitas rendah.
2.7 Ketangguhan (Toughness)
Ketangguhan (Toughness) adalah kemampuan
menyerap energi pada daerah plastik. Pada umumnya ketangguhan menggunakan
konsep yang sukar dibuktikan atau didefinisikan. Salah satu menyatakan
ketangguhan adalah meninjau luas keseluruhan daerah di bawah kurva
tegangan-regangan. Luas ini menunjukan jumlah energi tiap satuan volume yang
dapat dikenakan kepada bahan tanpa mengakibatkan pecah. Ketangguhan (S0)
adalh perbandingan antara kekuatan dan kueletan. Persamaan sebagai berikut.
UT ≈ su ef
atau
Untuk material yang getas
Keterangan; UT :
Jumlah unit volume
Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi
luas penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan
tiga sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data
yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh, maka tegangan patah
sejati sering tidak tepat nilai.
__________________________________________________________________________________________
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram
Alir Percobaan
Gambar 4. Diagram alir proses percobaan pengujian uji tarik
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat-Alat yang Digunakan
- Masin uji tarik
- Jangka sorong
- Meteran
3.2.2 Bahan-Bahan yang Digunakan
- Sampel berbentuk plat
- Sampel berbentuk kawat
3.3 Prosedur
Percobaan
- Mengukur benda uji dengan ukuran standar
- Mengkur panjang awal (Lo) atau gage length dan luas penampang irisan benda uji.
- Mengukur benda uji pada pegangan (grip) atas dan pegangan bawah pada mesin uji tarik.
- Nyalakan mesin uji tarik dan lakukan pembebanan tarik sampai benda uji putus.
- Mencatat beban luluh dan beban putus yang terdapat pada skala.
- Melepaskan benda uji pada pegangan atas dan bawah, kemudian satukan keduanya seperti semula.
- Mengukur panjang regangan yang terjadi.
__________________________________________________________________________________________
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN
4.1 Data Hasil Percobaan
Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan,
didapatkan data-data berikut,dengan spesimen uji adalah wire dan strip.
Tabel 2. Data hasil percobaan uji tarik
Benda Uji Standar
|
T
|
S
|
So
|
Lo
|
Fy
|
Fm
|
YS
|
TS
|
%EL
|
WIRE
|
2.2
|
200
|
250
|
3.79
|
1382
|
1384.5
|
364.64
|
365.303
|
23.28%
|
Δℓ= 46.5676
|
25%
|
||||||||
PLATE
|
0.36
|
50
|
82
|
9
|
2735.5
|
2735.8
|
303.94
|
303.92
|
51.083%
|
Δℓ= 25.5419
|
64%
|
Keterangan :
T : Tebal Sampel
Uji
YS : Yield strength
W : Lebar Sampel
Uji
TS : Tensile strength
So : Luas Sampel
Uji
% EL : % elongation
Lo : Gage Lenght
LI : Perpanjangan
4.2 Pembahasan
Pada percobaan uji tarik ini, menggunakan bahan alumunium
berbentuk pelat dan kawat. Proses pengujiannya adalah dengan cara memasangkan
specimen pada alat uji tarik. Dengan gaya yang sudah ditentukan pengujian
dilakukan sampai terjadi fracture dan dapat diketahui UTS dan
tegangan luluhnya.
4.2.1 Uji tarik kawat logam
Berdasarkan hasil pengujian tarik pada bahan kawat yang
dilakukan, didapatkan grafik sebagai berikut:
Gambar 5 Grafik hasil uji tarik pada bahan kawat
Dari gambar 5 dapat dilhat perubahan grafik dari deformasi
elastis menjadi deformasi plastis, perubahan tersebut terjadi pada saat nilai
mencapai 364,64 N/mm dan fenomena fracture terjadi pada saat
regangan bertambah 200 mm.Ultimate Tensile Strengh yang dicapai
oleh kawat dicapai pada saat nilai mencapai 365,303 N/mm dan tensile strength
didapat sebesar 365,303N/mm dimana tensile strength ini adalah nilai akhir
sebelum terjadinya patahan.Pertambahan panjang ini terjadi akibat gaya yang
diberikan hingga mencapai putus dan terbukti makin besar tegangan maka makin
panjang regangan yang didapat.
4.2.2 Uji tarik pelat logam
Percobaan dengan menggunakan specimen uji berbeda dengan
mengguanakan pelat terlihat sedikit perbedaan baik dari nilai maupun nilai
pertambahan panjang karena specimen ketika mengalami patah ujung dari permukaan
patahan menjadi tidak lurus melainkan patahannya miring. Perbandingan dapat
dilihat pada gambar 7.
Gambar 7 Grafik hasil uji tarik pada bahan pelat
Dari gambar 7, titik yang menunjukan perubahan dari
deformasi elastis ke deformasi plastis berada pada nilai 303.94 N/mm dapat
diketahui bahwa nilai yang berada pada tittik tersebut menunjukkan kekuatan
luluh (yield strength), . Sedangkan nilai kekuatan tarik (tensile
strength), yaitu merupakan titik akhir pengujian tarik yang ditandai dengan
perpatahan berada pada nilai 2620 N/mm.
Pengujian yang sudah dilakukan mendapat perbedaan data yang
dapat dibandingkan dari kedua jenis specimen yaitu specimen uji berbentuk kawat
dan specimen uji berjenis pelat atau strip. Pada pengujian antara
dua specimen ini terlihat bahwa kekuatan tarik makasimum kawat lebih besar
dibandingkan kekuatan tarik maksimum pada pelat, tetapi kekuatan luluh pada
kawat lebih rendah dibandingkan kekuatan luluh pada pelat.Faktor penyebab ini
adalah perbedaan dimensi terutama dimensi standar yang digunakan berbeda-beda.
Pada perlakuan awal dari kedua specimen
pun berbeda.Pada kawat merupakan hasil dari proses ektrusi (penarikan),
yang menyebabkan sifat dari specimen uji menjadi lebih keras. Pada bahan pelat
merupakan hasil dari proses pengerolan, yang mempunyai sifat lebih ulet dari
kawat.
Dari kurva hasil uji tarik dapat diperoleh keterangan bahwa
bahan yang berbentuk pelat lebih ulet dari pada bahan yang berbentuk kawat.
Sebaliknya, bahan yang berbentuk kawat lebih keras dari pada bahan yang
berbentuk pelat
__________________________________________________________________________________________
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan pengujian tarik yang telah dilakukan,
maka didapatkan beberapa kesimpulan, antara lain :
- Pada uji coba ini kita menguji ketahanan bahan materialnya sejauh mana pertambahan panjangnya dan bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tarikan, berdasarkan hasil percobaan dan dari grafik kurva uji tarik, plat mengalami perpanjangan lebih kecil dari kawat dikarnakan luas penampang kawat lebih kecil dibanding plat
- Jenis material yang berbeda, dengan perlakuan yang didapatkannya berbeda dan komposisinya yang berbeda akan menyebabkan nilai kekuatannya berbeda pula dan kurva hasil uji tariknya juga berbeda.
- Faktor penyebab terjadinya nilai diantara dua specimen uji tersebut adalah dimensi yang berbeda dan perlakuan yang berbeda pula
5.2 Saran
Setelah melakukan praktikum di hari yang lalu penulis
menyarankan agar alat yang di gunakan (mesin uji tarik) untuk uji tarik harus
di lengkapi dengan monitor yang mana langsung menampilkan kurva hasil uji
tarik. Sehingga kesalahan praktikan dalam membuat kurva uji tarik dapad di
minimalisir.
__________________________________________________________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Askeland., D. R., 1985, “The Science and Engineering of
Material”, Alternate Edition, PWS Engineering, Boston, USA
Dieter, E. George, 1993, “Metalurgi Mekanik”,
Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Tim Laboratorium metalurgi, 2009, “Panduan Praktikum
Laboratorium Metalurgi II”, Cilegon: FT. Untirta.
__________________________________________________________________________________________
LAMPIRAN
Lampiran I. Perhitungan
Tabel 2. Data hasil percobaan uji tarik
Benda Uji Standar
|
T
|
S
|
So
|
Lo
|
Fy
|
Fm
|
YS
|
TS
|
%EL
|
WIRE
|
2.2
|
200
|
250
|
3.79
|
1382
|
1384.5
|
364.64
|
365.303
|
23.28%
|
Δℓ= 46.5676
|
25%
|
||||||||
PLATE
|
0.36
|
50
|
82
|
9
|
2735.5
|
2735.8
|
303.94
|
303.92
|
51.083%
|
Δℓ= 25.5419
|
64%
|
Keterangan :
T : Tebal Sampel
Uji
YS : Yield strength
W : Lebar Sampel
Uji
TS : Tensile strength
So : Luas Sampel
Uji
% EL : % elongation
Lo : Gage Length
LI
: Perpanjangan
- Logam Kawat
Gage Length: Lo = π (d/4)2= 3,79 mm2
Yield Strength: YS = Fy/So = 1382/3,79 = 364,64N/mm2
Tensile Strength: TS = Fm/So = 1384,5/3,79 = 365,303
N/mm2
Elongation: % EL = {(L1 – L0) : L0}
x 100 % = 23,28%
- Logam pelat
Gage Length: Lo = 9 mm2
Yield Strength: YS = Fy/Lo = 2735.5/9 = 303,94 N/mm2
Tensile Strength: TS = Fm/Lo = 2735.8/9=303.92 N/mm2
Elongation: % EL = {(L1 – L0) : L0}
x 100 % = 51.083%
Lampiran II. Jawaban pertanyaan
- Buat grafik hasil uji tarik, hubungan antara kekuatan (σ) dengan regangan (ε) dari data hasil pengujian tarik untuk specimen berdiamerer 1,5 inch berikut :
Tabel II.1 Data Hasil Pengujian Tarik
Load (lb)
|
Gage Length (In/in)
|
0
|
2.000
|
1000
|
2.001
|
3000
|
2.003
|
5000
|
2.005
|
7000
|
2.007
|
7500
|
2.030
|
7900
|
2.080
|
8000
|
2.120
|
8000 (Max)
|
2.106
|
7600 (fract)
|
2.205
|
Jawab :
Gambar 8 Kurva Hasil Uji Tarik
2. Tentukan kuat luluh dan kuat tarik dari grafik soal no.1
!
Jawab :
- Kuat luluh
Didapatkan dengan cara metode offset, yaitu pada
tegangan sekitar 37500 psi dan pada regangan sekitar 1,5 x 10-5.
- Kuat tarik (tensile strength)
3. Berdasarkan hal diatas berapakah beban yang diperlukan
untuk menghasilkan tegangan 25000 psi pada spesimenberdiameter 1 in
dan 2 in ?
Jawab :
- Untuk yang berdiameter 1 in
- Untuk yang berdiameter 2 in
4. Jelaskan manfaat hasil pengujian tarik dalam kehidupan
sehari-sehari !
Jawab :
Dari hasil pengujian tarik yang telah dilakukan dapat
digunakan sebagai acuan untuk mendesain suatu produk. Dalam hasil pengujian
tarik diperoleh nilai kekuatan suatu bahan, yang dimana terdapat nilai kekuatan
luluh dan kekuatan tarik maksimumnya. Nilai dari kuat luluh dan kuat tarik
tersebut dapat digunakan sebagai gambaran akan kekuatan logam tersebut.
5. Gambarkan dan jelaskan bentuk kurva uji tarik dari
material lunak dan material getas. Dan sebutkan contoh jenis materialnya! Apa
perbedaan dari kedua bentuk kurva tersebut ?
Jawab:
Gambar 9 Kurva uji tarik untuk material ulet
Gambar 10 Kurva uji tarik untuk material getas
Pada daerah getas memiliki daerah elastis dan plastis yang
kecil karena untuk material getas memiliki kemampuan untuk berdeformasinya
kecil, baik deformasi elastis maupun plastis. contohnya pada baja AISI 4130.
Dan untuk yang ulet memiliki daerah elastis dan plastis yang besar karena
kemampuan untuk berdeformasinya tinggi, baik deformasi elastis maupun plastis.
Contohnya pada baja HSS.
6. Apa yang dimaksud dengan metode offset dalam
kurva uji tarik? Dan dalam keadaan yang bagaimana metode ini digunakan?
Jawab :
Metode offset merupakan metode untuk
menentukan daerah kekuatan luluh suatu bahan dari hasil pengujian tarik. Metode
ini dilakukan dengan cara menarik garis sejajar dengan daerah elastis pada
kurva hasil uji tarik, dimana garik tersebut merupakan 2 % daerah elastisnya.
Metoda offset digunakan bila dalam grafik hasil uji tarik
tidak dicantumkan daerah luluhnya
7. Gambarkan secara lengkap ukuran spesimen uji
yarik sesuai dengan standar API !
Jawab :
Gambar 11 Dimensi dan ukuran spesimen uji tarik
berdasarkan API
8.Selain kekuatan, jelaskan sifat mekanik lain yang bisa
ditentukan dengan uji tarik
Jawab :
- Keuletan
Keuletan bisa terbaca dari besarnya daerah elastis dan
plastas, serta dari patahan yang terjadi pada material. Dan dari persentase
elongasinya.
- Ketangguhan
Ketangguhan dapat teramati dari kemampuan bahan untuk
menahan beban sampai patah. Dalam kurva bisa dilihat dari besar daerah elastis
dan plastisnya.
Lampiran III. Gambar alat dan bahan
Gambar 12 Mesin uji tarik
Gambar 13 Alat-alat ukur
Gambar 14 Bahan uji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar